Senin, 14 Mei 2012

Sepenggal Rasa Dari Lubuk Hati

Aku termenung sendiri,
dalam ruang 1 meter persegi yang gelap,..
semestinya aku merasa aman,
seharusnya aku terisolasi,
Tapi apa yg terjadi?
Aku terhempas dalam arus perasaan yg menyakitkan hati.

Aku tak ingin menangis,
menangis hanya membuatku terlihat lemah,
walau sebetulnya dengan menangis aku bisa sedikit meredakan gejolak perasaan ini.
Tapi aku keras kepala,
aku tetap tak ingin menangis!
Aku tak boleh menangis!!!

Kupejamkan mata ini,
berharap hanya gelap yg terus kulihat,
tapi mengapa ada secercah cahaya di ujung sana?
Aku ingin menghilang dari dunia ini,
pergi entah ke mana, mendapatkan hanya diriku yg ada.
Menghilangkan semua ingatan yg ada,
mencoba merangkai memori baru yg lebih jernih.

Sepenggal rasa dari dalam lubuk hati,
berusaha menyeruak ke permukaan.
Aku bertanya padanya,"Untuk apa kau datang lagi?"
Bagiku rasa itu terlalu menyakitkan sekaligus membahagiakan.
Bagai obat bius yg perlahan membuaiku,
tapi aku tak ingin tidur lagi.

Aku dan perasaan ini,
telah memutuskan tidak lagi bersama.
Ketika hanya keraguan yg ada,
untuk apa lagi dipertahankan.

Waktu berusaha membujukku untuk menunggu,
menunggu jawabnya yang tak kunjung datang.
Aku tak bisa menunggu,
menunggu kepastian rasa yang tak pasti.
Bagiku itu tak ada bedanya,
toh apa yang patut diperjuangkan dari sebuah keraguan?

Ketika datang waktuku,
aku pun memutuskan untuk berlari pergi.
Bukan karena aku takut,
tapi karena aku berani dan tidak ragu-ragu.
Aku berani menghadapi perasaanku sendiri
dan aku tak pernah ragu-ragu akan perasaanku.
Terserah apa yg akan kau pikirkan, hai cahaya!
Aku hanya punya sepengggal rasa yang mungkin tak cukup bagimu.
Tak usah kau hiraukan,
tak usah kau pikirkan lagi,
Aku dan perasaan ini telah memutuskan untuk tidak lagi bersama.
Aku melepaskannya, entah dia mau melepaskanku atau tidak.

Pada akhirnya aku masih berdiri sendiri di persimpangan jalan,
Masih sedikit berharap malaikat lampu merahku datang menjemputku.
Aku berdiri di persimpangan jalan,
menata hatiku yg masih porak-poranda.
Aku berdiri di persimpangan jalan,
menahan tangis dan tetap tersenyum.
Tersenyum menghadapi orang2 yang menertawakan aku,
tersenyum untuk diriku sendiri,
tersenyum mempelihatkan kecantikanku!